Jumat, 21 Oktober 2011

School of Leader (SOL)

hSetengah tiga sore, setelah selesai kuliah kubawa diri menuju kosan dengan berjalan kaki. Tak begitu jauh dari kosan ibu-ibu penjual lotek tampaknya masih menjajakan dagangannya, kusempatkan untuk memesan lotek dengan agak pedas, maklum ketika itu sariawan dimulut sedang menjadi-jadi. Diruang 2x2,5 meter kumasukan semua yang sudah kupersiapkan, lalu kumakan lotek yang kupesan tadi. Setelah semua siap ku kembali menuju kampus, ditengah perjalan aku ingat kalau medan nanti akan sangat dingin, tersadar bahwa tempat yang nantinya akan kutuju adalah lembang, kukembali mengisi karbohidrat di warung kopi terdekat. Setelah kurasa energi cukup sampai esok hari, kulanjutkan perjalanan. Dengan atap berbentuk kubah, pendopo bisa dibilang salah satu pusat kegiatan mahasiswa disana, selain tempatnya luas, nyaman karena lantainya diberi keramik, pendopo juga salah satu yang cocok untuk dijadikan redezvous karena tempatnya yang stragis, dekat dengan mesjid ataupun pintu utara. Setelah sholat dimesjid belakang pendopo para peserta berbaris sesuai dengan kelompok, dirahkanlah kami menuju angkot yang sudah terparkir depan gerbang, rodapun menggilas aspal panas.

Setelah berfoto-foto ditempat parkir pesantren yang juga satu dengan tempat camping kami nanti, azan magrib terdengar. Setelah sholat, dengan berbaris dan membawa semua peralatan langsung kami menuju tempat dimana kami akan mengadakan acara. sebuah pendopo berbahandasar kayu yang menjadi pusat acara nanti dan tenda yang berada tidak jauh dari situ. Setelah semua hajat termasuk shalat isya dituntaskan, ternyata ada berita tidak menyenangkan, pembicara yang akan mengisi kali ini terkena musibah dijalan. Ya, beliau terkena musibah bersamaan dengan rezeki yang dibawa orang-orang ibukota, macet. Sebenarnya bukan berita mengagetkan mengingat acara dimulai sabtu sore. Pembunuhan terhadap waktu pun dilakukan, mulai mengobrol, mengagumi bintang terhampar luas dilangit, maupun adu pushup. Ada yang menarik disini, sebagai pencuri dan pengamat saya merasa bahwa karakter tiap orang berbeda-beda dan tumbuh bersamaan dengan berbagai pengalamaan hasil dari tempaan ujian dalam hidup. Ternyata yang mempunyai karakter kuat atau abnormal boleh dibilang menjadi starter dalam pembunuhan terhadap sang waktu, lalu yang lain ngikut. Saya kira inilah yang terjadi dimanapun, termasuk Indonesia, kita butuh seorang abnormal dizaman tidak bermoral ini, saat nilai-nilai moral tidak menjadi perhatian lagi, sungguh bagi saya yang lebih berbahaya dari korupsi adalah ketidakpedulian. Mengapa korupsi yang sungguh hina itu, mencuri dari orang miskin tidak lebih berbahaya dari ketidakpedulian? Karena ketidakpedulian akan memunculkan koruptor-koruptor busuk.

Kembali ke Nurul Fikri Lembang, alhamdulillah pembicara kali ini sudah datang, beliau kang Chandra Natadipurba. Bagi yang pernah mengikuti kajian ISEG tentu mengenal nama ini, nama yang selalu terpampang didepan buku kajain akademik ISEG. Saya dibuat kagum dengan konten yang ada didalam buku kajian ISEG, karena didalamnya memuat hal-hal baru yang belum saya lihat, dan terstruktur layaknya sebuah buku kajian. Tentu kita terbiasa melihat buku kuliah dengan panjangya gelar mengikuti dibelakang sang penulis, namun buku ini dibuat saat kang Chandra masih berstatus mahasiswa dan tebalnya bukan hanya sepuluh atau dua puluh halaman, namun puluhan bahkan lebih dari seratus halaman dan bukunya tidak hanya satu!, dalam hati saya berfikir "seperti apa wujud orang ini?". Namun pertanyaan ini tidak perlu waktu lama untuk dijawab, beliau lelaki dengan dua kaki, dua tangan, satu kepala, dan berkaca mata, tidak ada beda dengan saya. Ketika beliau berbicara pun dalam mengutarakan pandanganganya mengenai pemimpin yang ideal tidak jauh berbeda dengan apa yang saya pikirkan selama ini, sehingga hal ini menjadi pengingat saya yang sudah akan angan-angan saya tentang seorang pemimpin ideal. Perbedaan saya dengan kang Chandra yaitu beliau sudah mengeksekusinya dan saya belum, sebenarnya ada rasa pemistis saya akan hal tersebut, namun beliau bisa, kenapa saya tidak! Diskusi lebih intens pun berlanjut, kali ini berdiskusi mengenai permasalahan yang terjadi diseputar kepemimpinan. Ternyata semua masalah seputar kepemimpinan tidak jauh berbeda, saya yang sudah mencicipi sebagai ketua OPHT dan ketua angkatan pun mengalami hal yang sama. Keduanya sudah saya tidak saya jabat lagi, yang satu karena masa jabatan saya sudah berakhir yang satu lagi karena sikap pasrah saya yang tidak bisa membawa angkatan saya menuju lebih baik dan sikap pengecut saya yang lepas tanggung jawab, karena saya percaya bahwa seorang pemimpin kelak akan diminta pertanggungjawabannya, dan banyak sekali kesalahan saya buat selama saya pimpin, tentu ini menjadi pengalaman saya yang begitu berharga. Dalam perbincangan saya itu yang menjadi perhatian saya adalah perkataan kang Chandra sebagian besar seperti ini "siapa pun mudah berkaya "ya", akan tetapi sulit berkata "tidak"". Seorang pemimpin akan mudah mengiyakan namun sulit berkata tidak karena untuk berkata tidak dibutuhkan ketegasan, keberanian, maupun pikiran jernih dari seorang pemimpin dalam mengambil sebuah keputusan, sebuah trade off. Selesai tanya-jawab kang Chandra meninggalkan buper, kembali menuju kota Bandung. Dingin yang dirasa, tanda semakin larutnya malam.

Tanpa menunggu lebih lama semua mempersiapkan segala keperluan untuk melepas terpaan rasa kantuk. Saya sendiri mempersiapkan jaket dan baju paling tebal untuk menahan serangan dingin Lembang. Ternyata semua yang dipersiapkan peserta tidak mempan pada dingin, kini tidak lagi menyenangkan, tapi berubah menjadi penderitaan. Hampir semua peserta tidak membawa sleeping bag, baik yang tidak punya maupun tidak membawa, saya sendiri tidak membawa karena menurut perhitungan kami akan menginap didalam tenda, yang terlindung dari angin, dan tidur disebuah lembah gunung, tanpa penahan angin sungguh diluar perhitungan. Sebenarnya saat itu saya tidur paling cepat dan tidur dengan pulas walau hanya beberapa jam, namun rasa dingin menggigit kaki dan kesadaran kembali muncul. berbagai hal dicoba, dari melilit kaki dengan kain, sampai akhirnya tidur dengan memakai sepatu, ternyata lumayan hangat, celakanya kalau saya sudah terjaga dari tidur susah untuk tidur kembali dan perut yang bergemuruh dari tadi semakin mempersulit. Dan ketika itu satu jam terlama yang pernah dirasakan, dengan perut mules dan rasa dingin merupakan kombinasi yang buruk (jadi inget wermacht ketika PD II menyerang Rusia, mereka terserang diare ketika musim dingin tiba hingga pilihannya antara mati kedinginan karena membuka celana, atau mati karena diare yang tidak dikeluarkan, pilihannya, semua membuat lobang dicelana mereka). Gema subuh menjadi petanda kegiatan hari ke-2 dimulai.

Sebelum Subuh kami sholat tahajud dan witir bersama dilanjutkan dengan pembacaan Al-Quran, dan diskusi kelompok mengenai kriteria calon presiden ISEG 2012 dilakukan. Singkong dan gula merah menjadi sarapan untuk kegiatan outbound berikutnya. Saat dikumpulkan dan berbaris kami ditegur oleh panitia atas ketidak disiplinan kami ketika acara berlangsung, yang saya rasa pantas kami terima. Setelah pemanasan kegiatan berikutnya adalah perang badar, "wah, jarang-jarang nih ada outbound yang memperbolehkan pertupahan darah" ucap saya dalam hati. Dengan berhasilnya kami mendapatkan bendera, berlanjutnya kami ke outbound berikutnya, hingga akhirnya selesai siang hari. Banyak hal yang saya dapat dari outbound ini, kerjasama tim atau kekompakan, komunikasi, rasa saling percaya, strategi, berperan penting dalam suatu tim dan menyadarkan saya kalau saya adalah manusia tidak sempurna penuh kekurangan.

Berikutnya adalah pembicara yang tidak kalah luar biasa dari kang Chandra, kang Ali Sakti, Founding Father ISEG. Presiden pertama ISEG itu membagi berbagai pengalaman hidupnya kepada peserta SOL. Tentang terjurumusnya kang Ali di FE, bahkan kuliah nya yang gratis tanpa beasiswa diluarnegeri. Kalau mendengar berbagai perjalanan hidupnya rasanya seperti permainan takdir, namun kisah hidupnya memeliki kemiripan dari kisah hidup Bob Sadino, dan kesimpulan yang saya ambil kalau hidup tidak perlu rencana matang-matang, yang utama adalah berusaha sekuat tenaga dan ikhlas. Lalu beliau juga menceritakan bagaimana kondisi terbaru perekonomian syariah global saat ini. Diakhir pegawai BI ini berpesan untuk menjadi muslim sejadi yang akan menggantikan para orang tua dipucuk pimpinan saat ini.

Semoga apa yang didapat dari SOL bisa saya eksekusi, perjalanan masih panjang, kegiatan SOL juga masih panjang, lakukan terbaik agar tidak menyesal. Ini akan menjadi pengingat bagiku, semoga berguna.

 

1 komentar:

  1. quote:"Semoga apa yang didapat dari SOL bisa saya eksekusi, perjalanan masih panjang, kegiatan SOL juga masih panjang, lakukan terbaik agar tidak menyesal. Ini akan menjadi pengingat bagiku, semoga berguna."

    jawab : Aamiin.
    syukur dah dpt hikmah n plajarn di SOL kali ini.
    tetp semangat tuk jadi lbh baik.pengalaman adalah guru terbaik bukan?he Pasti bisa!

    "leader is in you"

    semangat ya^^d

    BalasHapus