A lack of entrepreneurship, combined with insufficient product demand, may lead to diminishing returns on micro-investment. -SHAHID KHANDKER-
Blog Shahid Khandker di situs worldbank mengingatkan saya pengalaman survei pada salah satu lembaga keuangan mikro di Bandung. Lembaga menyasar masyarakat miskin ini sebagai anggotanya memiliki masalah yang hampir sama dengan masalah yang terjadi di India seperti yang diberitakan diblog Khandker.
Setelah bertukar cerita dengan karyawan LKM (Lembaga Keuangan Mikro) saya mendapati alasan-alasan NPL, salah satunya adalah kurangnya jiwa wirausaha dalam diri anggotanya, diluar moral hazard seperti yang terjadi saat perbankan meringankan syarat kartu kredit. Padahal jiwa wirausaha ini penting, dengan jiwa wirausaha, mereka yang meminjam tidak akan kesulitan dalam melakukan pembayaran atas utang yang sedari awal mereka sudah sepakati. Kewirausahaan akan membantu mereka mengelola keuangan, sehingga menolong mereka keluar dari lingkaran kemiskinan.
Kita semua sadar kalau kemiskinan itu begitu buruk akibatnya, tidak hanya bagi masyarakat, keluarga, atau anak-anak. Kemiskinan sudah menjadi masalah global, tidak lagi mengenal batas negara, semua orang yang peduli berusaha menolong sesama, entah demi alasan kemanusiaan atau lainnya.
Saya pikir, sudah saatnya mahasiswa menyikapi masalah yang dihadapi orang miskin dengan bekal yang mereka terima di"bangku mewah" universitas. Sesedikit apapun ilmu yang mereka dapatkan, tentu akan menolong mereka yang kesulitan tentu dengan cara yang benar. Tentu akan berdampak besar sekali jikalau mahasiswa mau bekerja sama dengan pihak-pihak terkait seperti Pemerintah, Pangusaha/Perusahaan, dan LKM mau menyelesaikan masalah kemiskinan, salah satunya terkait dengan "Jiwa Kewirausahaan" yang menjadi masalah pada masyarakat miskin.
Semoga tulisan ini menjadi gethok tular, bagi mereka yang merasakan hal sama dengan saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar