Rabu, 27 Agustus 2014

11 alasan umum kenapa bisnis kecil gagal

Wirausaha: musuh terburuk 

Sebagian besar wirausaha masuk kedalam pasar dengan harapan yang tinggi akan keberhasilan, akan tetapi banyak menghadapi kekecewaan ketika bisnis mereka gagal. Faktanya, jumlah binis kecil yang gagal lebih banyak dibandingkan dengan bisnis yang baru memulainya pada tahun ini. Saat ini 400.000 bisnis baru telah dibuat tiap tahunnya, 470.000 bangkrut, sehingga menimbulkan defisit sebesar 70.000, berdasarkan sensus Amerika.
Tidak semua bisnis tersebut melanjutkan bisnisnya karena bangkrut atau gagal – sebagian karena pemiliknya mendapatkan pekerjaan atau pensiun- tapi sebagian besar lagi karena bisnisnya gagal. Dan seringkali karena pemiliknya mendapatkan hal-hal yang tak terduga karena hal tersebut belum mereka antisipasi sebelumnya.
“banyak perusahaan gagal secara tidak terduga,” kata pengacara Andrew Sherman, partner di Jones Day di Washington D.C., yang memberikan nasihat bisnis pada isu yang mempengaruhi pertumbuhan dan strategi. “mereka terkejut ketika gagal,; mereka tidak mempunyai sabuk pengaman.”
Kabar baiknya? “banyak resiko dapat dihindari, tapi hanya jika mereka merencanakannya” kata Sherman.
Langkah pertama dalam pembelajaran untuk menghindari kegagalan dalam berbisnis adalah mengerti apa yang menyebabkan hal tersebut. Ini 11 kesalahan umum kenapa bisnis gagal.
Oleh Elaine Pofeldt
Diposkan 30 Juli 2014


Sorry We're Closed

Kantong kosong

“alasan utama orang-orang gagal, mereka kehabisan uang” kata David Goldin, CEO dan presiden dari AmeriMerchant, penyedia “merchant cash advance”.
Penelitian membenarkannya. Laporan 2013 Global Entrepreneurship Monitor, yang dibuat oleh Babson Collage dan universitas launnya, menemukan bahwa alasan paling atas untuk tidak melanjukan bisnis di U.S. adalah masalah mendapatkan finansial dan kurangnya profitabilitas-masalah yang menjangkiti lebih dari setengah bisnis yang gagal. Hanya beberapa negara yang mengalami masalah yang sama: Jepang, Korea, Yunani, Protugal, Irlandia, dan Spanyol.
Tentu, ini bukan hanyas ekedar kegagalan untuk menghasilkan uang yang menyebabkan bisnis gagal. Banyak bisnis dengan pendapatan tinggi yang menderika karena rendahnya cash flow. Mereka tidak dapat menggaji atau tetap menjalankan bisnisnya karena ada jurang besar ketika mereka menyelesaikan proyek dan ketika mereka mendapatkan bayarannya-terkadang karena masalah sederhana, seperti gagal untuk membayar tagihan dengan semestinya.
Ini bukanlah kesalahan pemula: sekitar 37% pemilik bisnis berpengalaman terkadang kekurangan uang kas ketika mereka membutuhkannya untuk menutupi pengeluaran bisnis, berdasarkan pada laporan tahunan oleh Corporation for Enterprise Development, sebuah lembaga non-profit yang berada di Washington D.C., mereka fokus menolong mengembangkan rumah tangga dengan pendapatan rendah dan menengah dan mempertahankan aset mereka. Bisnis yang telah disurvey telah memiliki pendapatan mulai dari $49.999 ke lebih dari $1.000.000 per tahun.

Percaya Diri Berlebih

terkadang kritik terhadap konsep bisnis yang baru ada benarnya: pendiri membuang waktu mereka pada ide yang tidak berguna atau tidak tepat waktu- dan tidak melakukan uji coba dan penelitian pasar untuk mencari tahu. “jika kalian tidak mengikuti trend, maka ada besar kemnungkinan pelanggan tidak membeli jasa kalian” Kata David Golding, AmeriMerchant.
Ask jordan Malik. Wirausaha dari levitton, New York, co-founded LookTrade pada tahun 1999, perusahaan teknologi yang membantu perusahaan untuk menjalankan lelang daring mereka sendiri. Bisnis tersebut meledak pada tahun 2001, selama ledakan bisnis dot-com. “kenyataannya adalah, semua orang melakukan hal yang sama dengan eBay,” kata dia, melihat kembali dengan 20-20 kebelakang.
Malik belajar dari kesalahannya. Dia meninggalkan dunia star-up dan kemudian mendapatkan pekerjaan di agensi periklanan besar, menjual produk di eBay dan Amazon. pada tahun 2009, setelah kehilangan pekerjaannya, dia terjun kembali ke dalam dunia wirausaha dan memulai apa yang menjadi sebuah kelompok ari liam bisnis kecil yang menolong pedagang e-commerce untuk meningkatkan penjualan dan pendapatan., menawarkan sistem yang dia kembangkan sendiri. Situs-situs, termasuk FindSpotter.com, memberitahu pedagang untuk menjual barang yang akan dijual di Amazon dan dimana mereka dapat menemukannya. Sekarang mereka secara kolektif menghasilkan lebih dari $500.000 pendapatan per tahun untuk seorang wirausahawan.
“saya memeberi saran para pengusaha untuk tidak keras kepala mengenai sebuah ide ketika semua orang mengatakan bahwa idenya tidak akan berhasil,” kata Malik, sekarang berusia 43 tahun.

Buruk dalam menetapkan strategi harga

Apa yang konsumen katakan kepada peneliti pasar tentang apakah mereka akan menghabiskan uangnya tidak selalu sama dengan kenyataan. hal tersebut sampai kalian mengujinya dipasar, sulit untuk memastikan apakah konsumen potensial akan membayar atas harga yang sudah direncanakan.
Salah satu alasan wirausaha Jordan Malik percaya, LookTrade gagal karena ada solusi yang lebih murah untuk membuat lelang online dari apa yang mereka tawarkan. “ jika orang-orang menginginkan sebuah solusi yang disesuaikan, disana ada pilihan yang menghabiskan biaya sekitar $19.95 per bulan, solusi kami sekitar ribuan dollar,” kata Malik. Ketika dia dan rekannya berdebat untuk merubah model bisnis, usahanya meredup. “kami sangat bertekad, kami menghiskan uang kami,” kata dia.
Resiko umum lainnya adalah perusahaan gagal untuk menetapkan harga yang menghasilkan keuntungan. Dengan banyak jasa menjadi komoditas yang mengglobal, pasar digital, hal terbut menjadi sulit untuk menaikan harga, tetapi hal tersebut bisa menjadi penting untuk tetap untung dan bertahan hidup. Pada bulan April, survei pemilik bisnis kecil oleh bank PNC, 74% dari responden memprediksi harga yang ditetapkan kepada konsumen akan naik pada 6 bulan kedepan dan 37% dari bisnis kecil mengatakan bahwa mereka berencana untuk meningkatkan harga mereka. Rata-rata menaikan harganya sekitar 1%-2%.

Rekan Bisnis

Tidak ada yang salah dengan debat penuh semangat antar pendiri-pada tingkatan tertentu hal tersebut juga baik pada untuk tata kelola-akan tetapi jika ada konflik berkepanjangan atau salah satu rekan terlalu menganggapnya secara emosional, hal tersebut dapat menghancurkan moral keseluruhan tim.
“kurangnya kolaborasi dan komnunikasi oleh dan antara pemilik tampaknya seperti pertikaian orang tua yang mengarah pada perceraian,” Jaksa Jones Day, Andew Sherman berkata.
Kebanyakan tim yang baru memulai bisnis gagal untuk merencanakan kemungkinan dimana rekannya ada kemungkinan untuk meninggalkannya pada titik tertentu, dimana bisa mengarah pada konflik dan mencederai bisnis kedepannya. 60% lebih pemilik tidak merencanakan dirinya untuk keluar suatu saat nanti, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Securian Financial Services.
Agar bisnis tetap berjalan buatlah perjanjian tertulis antar pemilik saham. “biasanya hal tersebut membutuhkan pengacara yang cukup memakan ciaya,” kata Shane Leonard, CEO dari Stockflare, sebuah perusahan di London yang menawarkan ide pada bisnis yang baru berjalan.
Dua pendiri perusahaan bersama Leonard, didirikan pada tahun 2013, memutuskan untuk meninggalkan operasional sehari-hari perusahaan setelah menemukan bahwa bisnis start-up bukanlah untuk meraka. Mereka tidak mempunyai perjanjian opemilik saham, namun Leonard tetap berhubungan baik dengan mereka. Bagaimanapun, dia menyadari kebelakan, apa yang mungkin terjadi bisa buruk.
“rekan saya meninggalkan bisnis ini dengan cara yang halus karena mereka para profesional berpengalaman, seorang teman dan mendukung dari belakang sebagai investor, bahkan jika mereka bukan sebgai partner bisnis lagi,” kata dia. “bagaimanpun juga, jika mereka tidak seperti itu, tentu hal tersebut akan benar-benar kacau dan membunuh bisnis yang sudah dijalankan.”

Padam semangat

Kebanyakan bisnis didorong oleh energi dan rangsangan dari pemilik.-dan hal ini banyak terjadi disekitar kita. Survei terbaru oleh Manta, jaringan sosial daring untuk bisnis kecil, menemukan bahwa 83% dari pemilik optimis akan bisnis mereka berjalan sekitardua setengah tahun.
Ketika hasrat untuk sukses menghilang, dimana bisa terjadi karena banyak sebab, sebuah bisnis dapat mati dengan cepat.
“pemilik mungkin tidak lagi terjun langsung pada proses bisnis dan sudah digantikan oleh seseorang yang mungkin tidak sebaik orang tersebut,” kata David Goldin, pemilik AmeriMerchant. “alasan padamnya semangat karena mereka lelah semakin bertambahnya usia, hilangnya alasan yang menggerakan bisnisnya, lelah atas bisnis yang sedang dijalankan atau sudah terlalu lama berada dibisnis yang sama, prioritas yang sudah berubah, atau karena kejadian yang berhubugnan ndengan keluarga, seperti kelahiran anak”

Pesan pemasaran yang tidak berubah

Perusahaan besar tahu kalau sangat penting memberikan penyegaran atas merek mereka. Bahkan, perusahaan rental mobil Alvis, yang terjebak dengan pesan klasik “We try harder” untuk 50 tahun, mengubahnya pada tahun 2012 dengan yang baru “it’s in your space” dimana mewakilkan kenyamanan mobil yang meraka tawarkan.
Perusahaan kecil dimana yang kurang dana pemasaran dibandingkan dengan perusahaan besar sering kali mengingkari sisi ini, membawa bisnis mereka pada tingkatan berbahaya. Laporan tahunan 2013 National Small Business Assosiation menemukan hanya 46% dari responden merencanakan untuk mencoba pengiklanan baru dan strategi pemasarn baru pada tahun 2014.
Jika kalian belum memikirkan apapun untuk merek anda baru-baru ini atau menggunakan pesan langsung seperti yang sudah anda lakukan selama 4 tahun kebelakang, itu adalah tanda peringatan bahwa anda telah menjalan bisnis yang sudah ditinggalkan oleh waktu.

Gagal untuk mengikuti revolusi digital

Masyarakat Amerika kini menghabiskan hidup mereka menatap laptop, tablet, dan smartphone, tapi masih banyak bisnis yang menjangkau konsumen daring.
Survei Small Business Technology tahun 2013 oleh NSBA, yang dilakukan pada bulan Agustus, menemukan bahwa 82% dari bisnis memiliki website, namun 72% dari perusahaan tersebut tidak menjual barang atau jasanya secara daring. Hal tersebut mewakilkan hanya terjadi sedikit peningkatan dibandingkan tahun 2010, ketika 74% mengatakan kalau mereka tidak menjual barang atau jasanya secara daring, dan sedikit perusahaan yang memanfaatkan kesempatan untuk masuk kedalam pasar mobile., sebuah kesempatan yang bagus jika ingin mengapai komsumen muda. Survey ini menemukan, hanya 18% bisnis memiliki web berbasiskan mobile.

Pencurian dunia maya

Tidak hanya perusahan besar yang menjadi sasaran penjebolan data oleh penjahat dunia maya. Hasil penelitian menunjukan, banyak perusahaan kecil menjadi korban, dan hal ini dapat mematikan untuk mereka. SAM Graves, R.-Mo., kepala dari House Subcommittee on Small Business, mengatakan saat beliau berbicara pada tahun  2013 dimana 60% bisnis kecil gagal akibat pencurian dunia maya.
Survey yang dilakukan oleh NSBA pada tahun 2013 tentang Teknologi menemukan bahwa ketika 94% pemilik bisnis kecil melaporkan kalau mereka risau akan keamanan dunia maya, hampir setangah dari mereka telah menjadi korban kejahatan dunia maya. Kejahatan dunia maya dapat berupa waktu yang terbuang sia-sia, layanan menjadi terhambat, dan ribuan dollar hilang. Untuk mereka yang rekening banknya diretas, kerugian rata-rata sekitar $6,927.50.
Diluar resiko terbut, banyak pemilik mengatasi masalah tersebut sendirian tanpa meminta bantuan profesional. Survei yang dilakukan oleh NSBA kepada pemimpin bisnis, 40% mengatakan bahwa mereka mengatasi dukungan teknis oleh mereka sendiri, sementara 32% mengangkat karyawan, hanay 24% yang mempercayakannya kepada penyedia jasa luar.

Meremehkan kompetisi

Bahkan jika anda merupakan David didunia penuh Goliath, itu tidak berarti Goliath adalah satu-satunya rintangan untuk keberadaaan bisnis anda. Wirausahawan membutuhkan perhatian pada pemain baru di industri yang sama. Sayangnya, pemilik bisnis seringkali meremehkan orang baru. Alasannya hanyalah, yang oleh David Goldin disebut sebagai “owner syndrome”, mereka berfikir kalau produk atau jasa mereka adalah yang terbaik.
Terkadang pesaing tidak unggul atas produk mereka yang menyebabkan anda bangkrut. Bisa jadi mereka mengungguli anda pada salahsatu faktor seperti kenyamanan atau TLC (Tender, Loving, Care).
Pertimbangkan hal ini: 66% konsumen pada 1 dari 10 industri, yang dipelajari oleh Accenture tahun lalu, berganti pada perusahaan baru karena layanannya. Lebih buruk lagi, 82% dari mereka merasa kalau perusahaan terbut dapat melakukan sesuatu untuk mencegah mereka berpindah pada perusahaan lain. Jika anda tidak yakin kalau konsumen anda senang atau tidak terhadap bisnis anda, pertimbangkan untuk menggunakan SurveyMonkey untuk mengetahuinya, sebelum mereka membalikan punggungnya.

Terlalu bergantung pada satu konsumen
Sebuah kegembiraan jika berhasil mendapatkan konsumen besar, tetapi pemilik yang mencurahkan waktu dan perhatiannya pada satu atau dua konsumen besar membuat mereka pada posisis yang sangat rentan. Jika bisnis sedang munurun, derita karena hilangnya pendapatan akan mengakibatkan hilangnya pekerjaan karyawan anda, dan gagal untuk mengganti konsumen dalam waktu yang singkat dapat mengakibatkan bisnis anda tutup, bahkan pada kasus pada perusahaan yang besar.
Pada survei anggota yang dilakukan pada tahun 2014, Turnaround Management Society, menemukan bahwa 12,2% bisnis perusahaan gagal karena mereka tidak mempunyai cukup konsumen.

Karyawan yang tidak senang

Jika orang yang melayani konsumen pada kondisi yang tidak bersemangat untuk bekerja, kemungkinan berakibat pada kinerja yang mereka tampilkan dan mengurangi keuntungan perusahaan. Pekerja yang tidak senang mengenai kondisi pekerjaan mereka mungkin tidak akan berusaha lebih baik atau lembur hingga malam hari untuk membantu perusahan dengan inovasi baru, dimana “perusahana kecil dan berkembang menaruh harapan” kata Jones Day.
Gallup menemukan pada penelitian tahun 2013 bahwa 70% karyawan di Amerika tidak terlibat saat bekerja atau secara aktif melepaskan diri dari pekerjaan teman sejawat.
Berita baikn ya untuk wirausahawan: perusahaan kecil lebih baik dibandingkan dengan perusahaan besar untuk membuat karyawannya bersemangat saat bekerja. 42% karyawan perusahaan kecil merasa senang bekerja, dibandingkan dengan perusahaan besar dimana hanya 27%-30% karyawannya merasa senang bekerja.
Apa yang dapat kalian lakukan untuk menghindari keluarnya karyawan? Seringkali, ada sebuah “cultural disconnect”, dimana kata-kata dari pemimpin tidak sinkron dengan kenyataan pada pekerja lini, hal tersebut merupakan sumber masalah, jangan sampai hal tersebut mempengaruhi bisnis anda, kata Sherman. “seperti ketika CEO berdiri dan mengatakan ‘tahun ini kita memotong biaya perusahaan’ tapi tidak menjelaskan bagaimana caranya, namun dia baru saja mencicil Mercedes-Benz 500 terbaru dan membuat berbagai pembaharuan di kantornya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar